Breaking News

Kemiskinan adalah alat yang tepat untuk mencocok hidung

  


OPINI GATRA | BALI | Persaingan antara elite politik saat ini terasa getarannya sampai akar rumput, siapa yang kelak akan terjaring menjadi figur terbaik untuk memanggul beban negeri ini masih digodok dengan permasalahan yang ada saat ini.

Pandemi Covid-19 yang melanda negeri dan sumber daya yang tersedot untuk melindungi masyarakat dari pandemi covid-19 membuat kurang bisa geraknya pemimpin terbawah yang bersentuhan langsung dengan rakyat, yang tentu itu juga kelak menjadi dasar panutan masyarakat untuk menimang memilih pemimpin tertinggi  yang tepat buat negeri ini.

Dari sekedar tetap menjaga pemilihnya agar bisa mempertahankan posisinya kelak, sampai yang bersembunyi karena SK telah tergadai di bank dan uang sudah habis lebih dulu. Kesulitan ini tentu tidak dipahami oleh masyarakat, yang masyarakat tahu adalah mereka adalah panutan yang dapat membantu permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Media sosial yang digunakan masyarakat atau yang sering disebut netizen menjadi penting didengar, memang kadang semrawut dan tidak beraturan tetapi sebaiknya itu menjadi wadah pengumpulan opini yang kelak menghasilkan pemikiran yang baru apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, dan pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikannya atau memang sengaja dipelihara.

Ada baiknya untuk melihat politik dunia dengan memasang 2 kaki yang tidak memihak untuk mengikrarkan diri sebagai kekuatan yang bebas dan merdeka. Alih-alih memilih salah satunya yang kelak menjadi tekanan baru di kemudian hari.

"Jika Anda mengenal diri dan musuh Anda, Anda tidak akan kalah dalam seratus pertempuran" mungkin ini bisa menjadi pertimbangan kondisi saat ini, The Art Of War yang ditulis oleh Sun Tzu menjadi realitas yang mungkin dapat digunakan, alih-alih memisahkan kubu-kubu berseberangan dan membentuk kubu-kubu musuh yang sudah dilemahkan terlebih dahulu.

Karena itu bukan gaya seekor burung garuda yang mencengkram erat perbedaan yang ada, sebagai simbol posisi pancasila sakti. Mengontrol keduanya adalah menjadi keharusan, karena telah berkuasa dan menjadi burung garuda atau masih ingin melanjutkan kekuasaannya untuk sesi selanjutnya, tentu menjadi hal yang tentu berbeda. Apakah tidak lelah untuk turun menjadi pemain (aktor), apakah kurang memiliki pengalaman merasakan megahnya menjadi burung garuda yang sesungguhnya, masih gemar bermain pada genangan air semata kaki.

Memiskinkan dan memakmurkan tentu tantangannya berbeda dalam kontrol, walau opsi terbaik bisa diciptakan untuk menjaga anak negeri dari kekacauan memilih posisi diri. (Ray)

Brahma ćanti - Kemakmuran menciptakan Kedamaian

No comments