Breaking News

Cenk blonk seri 90, ajarkan kita untuk tetap menuntun dengan cara damai

 

Youtube Cenk Blonk TV

OPINI GATRA | BALI | Belakangan ini banyak opini di netizen tentang menolak ajaran Hindu yang bukan dresta Bali, bahkan disebutkan disana bukan Hindu. Walau sejatinya ajaran-ajaran itu mengandung unsur-unsur yang ada di dalam weda dan kitab-kitab Hindu lainnya. Perbedaan ini terlihat belakangan ini juga disebabkan karena ajaran Hindu non Dresta Bali tersebut merekrut warga yang beragama Hindu dan melaksanakan ritual dengan cara-cara mereka sendiri. 

Kondisi ini sudah berlangsung sudah lama, semakin lama semakin mereka yang mengikuti ajaran tersebut ingin menambah bahkan mengganti kebiasaan lama kita di Bali. Seperti salah satu cerita warung kopi yakni, mengajari Peranda (pemimpin umat Hindu Dresta Bali) untuk tidak menggunakan caru, karena mereka adalah kaum yg tidak ingin membunuh binatang (Ahimsa Karma), sedangkan kebiasaan kita adalah Ahimsa karma merupakan hal yang berbau kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak memperlakukan hewan secara sadis tanpa guna, dan lain sebagainya yang tak habis bila dibahas di sini.

Link langsung dari channel youtube Cenk Blonk.

Cenk blonk seri 90 yang ditayangkan di youtube memberikan inspirasi baru mencoba mendidik masyarakat khususnya masyarakat Hindu Bali, agar menuntun I Ketut Sangut (tokoh wayang) yang berganti nama dengan I Ketut Balram. Penuntunan ini dengan cara-cara yang sangat beradab, cerdas dan kocak, karena mungkin dalangnya memahami tentang kekekalan suatu perubahan. 

Dengan cara-cara yang santun ini diharapkan mampu membuka pikiran masyarakat Bali untuk merangkul kembali, memberikan edukasi spiritualitas yang benar, dan tidak lagi bersikap pingit atau 'nak mule keto' (Bali-memang sudah begitu). Dengan merangkul dan menyayangi mereka, memperhatikan mereka diharapkan mampu ikut menjaga dan melestarikan budaya dan ajaran luhur kita yang benar. Karena dengan niat itu kita juga pasti akan belajar lebih dalam tentang ajaran kita sendiri, Hindu Dresta Bali ini.

Mereka juga saudara kita yang haus akan spiritualitas yang berkecambuk dalam dirinya. Dan mungkin tidak bijak bila kita melakukan kekerasan kepada yang sudah menyimpang tersebut, bahkan cara-cara teror dengan kesepekang (dikucilkan) secara masyarakat, itu juga bukan cara-cara dharma dalam merangkul yang sudah dikatakan melenceng dari Hindu Dresta Bali sendiri.

Dengan edukasi diselingi melucu, lebih cerdas, lebih moderat, kelak akan mampu menjaga kelestarian Adat dan Budaya yang kita sayangi bersama, dari perubahan yang ekstrem yang tidak biasa di Bali ini. Yang dikhawatirkan adalah perlakuan kita yang arogan, kasar terhadap yang berbeda dengan kita, tumbuh dan melukai jargon menyame braye yang tercipta untuk harmonisasi. Padahal kita menolak cara-cara salah satu ormas yang menggunakan kekerasan dalam menegakkan aturan yang dia percayai, tetapi kita akan melakukannya terhadap saudara kita sendiri? Astungkara dan Semoga tidak! Salam Rahayu. (Ray)

No comments