A.A.Gde Agung : Pemimpin itu memiliki sikap moral yang baik, bukan hanya popularitas
![]() |
A.A.Gde Agung |
Sruput kopi yang pertama, beliau membuka dengan pembicaraan ringan tetapi penuh makna, yang membuat kita konsentrasi kembali dari seretan kedamaian suasana yang cukup asri. Seorang pemimpin itu menurut Anak Agung Gde Agung, dalam bincang ringan, selasa, (11/08), adalah seorang pemimpin itu harus dipilih secara demokratis, yang artinya tidak ada paksaan karena rekayasa kepentingan, yang kedua adalah pemimpin harus dipercaya oleh rakyat, dicintai, dilindungi oleh rakyatnya juga.
"Tengoklah disana wantilan (paviliun khas Bali), Saya buatkan itu untuk rapat-rapat masyarakat sekitar sini, banjar-banjar yang mau sangkep (rapat adat) bisa gunakan itu, "terangnya sambil menawarkan pisang goreng hangat yang dikatakan istrinya yang menggorengnya.
Memiliki people power (suara rakyat), berpikiran freedom tidak dalam intimidasi, Human Right atau Menjaga hak asasi manusia, mengandung kesetaraan dalam bersikap, memiliki kemampuan persuasif atau mampu mengarahkan rakyatnya, memiliki kewibawaan yang itu bisa membuat marwah suatu lembaga terjaga dengan baik. Negosiasi yang baik juga diperlukan untuk seorang pemimpin yang Ideal.
"Dari sikap-sikap yang dilahirkan dari sosok pemimpin itu tadilah kita bingkai lagi dengan 4 pilar kebangsaan kita, "ceritanya.
Pengalamannya yang pernah memimpin Badung 10 tahun, Ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak merasa khawatir dikritik oleh wartawan, "Dari wartawan kita bisa tahu apa yang terjadi dibawah sana, kita kadang gak mendengar tetapi para wartawan itu mendengar, ya seperti kalian itu, "candanya penuh hangat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemimpin itu menurut filosofi yunani kuno, adalah seni retorika atau seni berbicara, "Pemimpin itu harus memiliki Ethos, Logos, Pathos, dalam dirinya, dan harus mengerti ketiga hal tersebut, itu juga konsep yang ada di Bali yaitu dengan Trihita karananya , dan tri kaya parisudhanya, "ujar A.A Gde Agung yang sempat sekolah di Harvard Kennedy School, for Democratic Governance and Innovation, bidang Leadership Transformation ini.
Ethos yang dimaksud adalah pemimpin yang dapat dipercaya. Disini adalah menjadi pemimpin yang diucapkannya didasari fakta dan kebenaran, juga terdapat tata nilai yang dijunjung tinggi. Ia tidak sekadar mengumbar janji muluk agar terpilih.
Logos adalah pemimpin mampu mempengaruhi orang lain dengan menyampaikan sesuatu yang masuk akal, bukan dengan membual atau berkhayal akan sesuatu yang sulit tercapai atau terwujud, atau bahkan membangun narasi pesimistis.
Pathos adalah membangun hubungan emosional atau yang berhubungan dengan emosi manusia ini, "seperti godoh (pisang goreng) ini, "candanya.
Dan terakhir beliau menegaskan bahwa Bali ini memiliki semua kebijaksanaan dalam menjadi pemimpin yang ideal, Berpikir yang bersih dan suci (Manacika), Berkata yang sopan dan benar (Wacika), berbuat yang jujur, baik dan benar (kayika), " Jadi belajar mendengar dulu jangan suka motong pembicaraan, hahaha, jadi dengan mendengar kita bisa belajar, "tutupnya sambil menawarkan kita menghabiskan pisang goreng yang mulai dingin, karena terlalu antusias mendengar wejangannya. (Ray)
No comments